Rabu, 18 Mei 2016

Menanti air Bersi di runduma.

 

 

Ade kecil-kecilku Mijan dan Riski

Di Indonesia Memiliki Sejuta Pesona Keaneka Ragaman Dunia Dari Semua Penjuru Dunia Mengenal Indonesia Terkenal Dengan Pulau-Pulau Kecilnya,indonesia juga memiliki sejuta banyak pesona wisata yang menarik untuk di kunjungi dari pulau komodo yang terkenal di mancanegara khusnya dunia hingga wisata dunia juga terkena.Tak heran hingga Wakatobi masuk di 10 destnasi parawisata. ini tak lepas dari peran pemerintah dalam hal ini bupati selaku top leader dalam mempromosikan wakatobi ke dunia internasional. Wakatobi terkenal dengan terumbu karangya hingga ke mancanegara selain itu wakatobi juga memiliki banyak pulau-pulau kecinyal,di Wangi-Wangi terkenal dengan patuno resort dan Kapotanya, Kaledupa terkenal dengan hoganya ,sementara Tomia terkenal dengan Onemoba dan  Runduma yang hampir asing karena tak pernah di kunjungi terkenal dengan penyunya hingga ke manca negara tapi pulau ini tak perna di hiraukan pengusa.

Ini curhatan cerita saya tenang wakatobi daerahku yang terletak jauh di samudra lautbanda banda tak jarang kami kekurangan air tapi tak membuat kami untuk lelah berjuang. Di Runduma kecamatan tomia kabupaten Wakatobi aku sedikit menghabiskan masa kecilku. Masa kecil masa yang paling menyenangkan masa kecil adalah masa bermain dan bersenang-senang masa kecil juga penuh kenangan kalau aku balik ke kampung halamanku aku selalu merindukan masa-masa kecil itu ada satu tempat yang paling menyenangkan ingin rasanya kesana tiap saat masa kecilku penuh kenangan saya masi ingat kalau mandi masi mandi di batuan yg bisa menampung air hujan namaya (tefeu) sangat susah kurasa kadang saat kami naik ke (tefeu)batuan tempat tergenangnya air hujan  bayak tampungan ular hitungan 1 sampai 3 kami lari terbirit-birit ha ha ha itu hiburan kami,di saat  musim hujan kami sangat gembira karna guci-gici kami pasti terisi,Jika tidak terisi saya dengan bapakku menimba air (tefeu)batuan yang bisa menangpung air tapi jika musim kemarau panjang aduh kami susah air tidak bisa ku bayangkan,karna guci – guci kami kering saat itu,kata bapak ku kalau kake dulu kekeringan air begini mereka mendayung ke tomia tak bisa kubayangka bagaimana jadinya.kata bapakku kake dulu dari runduma bertolak jam 10 malam dan tiba ti pulau Da’a jam 3 subu terhitung 17 jam dan kakekku istirahat sedikit baru ke tomia dengan gucinya begitu juga baliknya singga dulu di pulau Da’a baru ke runduma itulah kegiatan rutin kakekku kalau musim kemarau yaris kan walau taruhan yawa sekali mereka selalu selamat sampai tujuan dan balik juga dengan semangat mencari air bersih.  

Jauh sebelum indonesia merdeka, ketika cuaca sedang baik, masyarakat runduma akan memanfaatkanya dengan mengambil air tawar di pulau  seberang yaitu pulau tomia (kulati), untuk pergi menambil air itu mereka harus mendayung menggunakan sampan kecil, yang satu sampanya hanya di kendarai oleh satu orang dan hanya berisikan 4 guci untuk tempat menampung air dalam 1 guci yang berisikan 30 liter air tawar bersih. Untuk kekulati (tomia) mereka harus menempuh jarak sekitar “ 17 jam “ mereka mulai mendayung dari jam 4 sore dan pada jam 8 pagi mereka baru tiba di ndaa (pulau kecil yang berada didekat pulau tomia), untuk berjaga-jaga mereka selalu membawa bekal (kasoami dan ikan), setelah dindaa mereka akan mulai beristirahat selama beberapa jam dan menghabiskan bekal mereka. Setelah jam 12 siang mereka mulai melanjutkan perjalananya untuk kekulati (tomia), setelah 2 jam perjalanan merekapun tiba di tempat tujuan.

Setelah tiba mereka akan menaikan sampanya keatas pantai dan akan  mulai menurunkan guci yang berada diatas sampanya dan mulai mengisinya dengan air, setelah  semua gucinya terisi penuh dengan air tawar mereka akan menyusunya dengan rapi diatas sampanya. Setelah mereka sudah mengambil air mereka akan pergi keperkampungan untuk mencari sanak saudaranya, setelah  mendapatkan sanak saudaranya mereka akan meminta makanan untuk persiapan bekal pulangnya nanti, setelah semuanya selesai meraka akan kembali kesampan dan kemudian akan kembali mendayung  ke runduma seperti rute perjalanan perginya. Setelah mereka tiba di runduma para istri merekapun akan kepantai untuk menjemput para suaminya yang habis mengambil air, untuk mengurai beban para suami, maka para isti biasanya akan menjunjung guci tersebut satu persatu kerumahnya secara bertahap. Semua perjalanan untuk mengambil air bersih didesa seberang kurang libih 20 jam perjalanan. Tetapi ketika cuaca buruk, masyarakat runduma hanya bisa berpasrah diri dengan lebih memperhemat penggunaan airnya, mereka hanya bisa mengandalkan air hasil tampunganya selama musim hujan dan kubangan air yang berada diatas batu (tefeuu). Ketika semua airnya telah habis mereka akan mulai meminta air di tetangga sekitarnya.

Air itu akan digunakan untuk  kebutuhan sehari seperti, air minum, air untuk memasak, mandi dan untuk mencuci, tetapi kalau untuk memasak mencuci dan mandi mereka tidak menggunakan air tawar seutuhnya melainkan mereka harus mencampurnya dengan air sumur yang rasanya asin. Semua ini dilakukan untuk menghemat penggunaan air. Dalam sehari masyarakat runduma hanya menggunakan 10 liter air saja. Bahkan bisa lebih sedikit dari jumlah biasanya tetapi tidak pernah lebih dari jumlah biasanya.Kegiatan seperti  itupunn telah menjadi kebiasaan umum masyarakat runduma, tetapi seiring berjalanya waktu mereka telah menemukan satu sumber mata air tawar yang letaknya lumayan jauh dari perkampungan.

Tiba suatu saat ada bantuan bak dari pemerinta tapi Cuma 2 juga baknya tapi alhamdulillah masarakat suda bisa melihat bagai mana canya membuat bak berlahan masarakat membikin bak juga di situlah masarakat bisa bertahan hidup kalau musim kemarau.ini lah curhatan saya kalau musim kemarau di daerahku di desa runduma, saya perna tanya ke ahli geologi bagai mana bisa di satu palau tidak ada jejak air bersih dia hanya menjawab pasti ada hanya saja kita butu allat untuk mencari mata air itu saya juga tanya kira-kira bera anggaranya untuk bisa dapat mata air tawar itu 200.000.000 wao banyak juga, tunggu saatnya pasti bisa, daerahku yang suda hampir di lupakan oleh parah pengusa hanya menikmati hasilnya saja tapi tidak apa-apa aku hanya berdoa pada tuhan muda-mudahan desaku kelak bisa terdepan dari desa – desa di wakatobi amin.




 

                                           Wangi-Wangi 16 feb 2016

                                           Muhammad.ikbal. S.kep.M.kes





Tidak ada komentar:

Posting Komentar